Google halangi Samsung membuat versi Android sendiri?


Lembaga anti-monopoli Korea Selatan sedang menyelidiki apakah Google telah memblokir Samsung Electronocs agar tidak bisa mengembangkan versi Android mereka sendiri untuk digunakan di smartphone seri Galaxy. Langkah ini seakan menyalakan kembali isu yang pernah muncul enam tahun yang lalu yang berakhir dengan adanya perjanjian antara Google dan Samsung.

Penyelidikan oleh lembaga anto-monopoli ini diharapkan memiliki dampak global mengingat bahwa produsen smartphone lainnya, termasuk LG Electronics, telah membuat perjanjian serupa dengan Google seperti yang dilakukan oleh Samsung. "Kami sedang memeriksa apakah Google telah menggagalkan persaingan di pasar OS," kata seorang pejabat dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Korea hari ini.

Dalam laporan terbaru yang disampaikan kepada Majelis Nasional Korea, KPPU mengatakan saat ini sedang menyelidiki apakah Google telah melakukan upaya persaingan tidak sehat di pasar OS mobile mengingat adanya fakta-fakta baru yang muncul dan situasi pasar yang berubah sejak keputusan terakhirnya.

Pada tahun 2011, Google dan Samsung Electronics menandatangani perjanjian Mobile Application Distribution Agreement (MADA). Pada tahun yang sama, dua portal web terkemuka Korea masing-masing Naver dan Daum (yang kemudian diakuisisi oleh Kakao) mengajukan keluhan kepada KPPU yang mengklaim bahwa Google telah memaksa produsen smartphone Android untuk memuat aplikasi buatan Google di homescreen, termasuk untuk mesin pencarian default, sebagai imbalan untuk penggunaan aplikasi Android dari Google Play Store. Kedua perusahaan Korea itu mengklaim bahwa perjanjian itu dimaksudkan untuk membatasi persaingan.

Setelah melakukan penyelidiki selama dua tahun, KPPU akhirnya membebaskan Google dengan alasan bahwa praktek yang dilakukan oleh Google itu tidak terbukti menegakkan monopoli untuk membatasi persaingan. Selain itu, KPPU juga mengatakan bahwa mereka tidak melihat dampak yang besar pada pasar karena waktu itu Naver masih mendominasi pasar mesin pencarian di Korea dengan pangsa pasar diatas 70 persen.

Namun, situasi itu berubah sejak penerapan kontrak perjanjian MADA antara Google dengan Samsung dan LG. Dalam kontrak tersebut, pembuat smartphone Korea sepakat untuk memuat paket software buatan Google yang terdiri dari 13 aplikasi, termasuk mesin pencari, YouTube dan Gmail pada homescreen.

Selain itu, dalam laporan juga menunjukkan bahwa Samsung selain menandatangani perjanjian MADA, juga menandatangani perjanjian yang disebut anti-fragmentation agreement (AFA) dengan Google yang melarang mereka untuk mengembangkan sebuah sistem operasi baru yang menggunakan algoritma Android.

Google sering dikecam karena telah membiarkan Android menjadi terlalu terfragmentasi, dengan versi yang berbeda dan kustomisasi oleh masing-masing vendor smartphone. Namun menurut James Kendrick dari ZDNet, Samsung sebenarnya telah berhasil menyesuaikan Android secara ekstensif sehingga menjadi lebih baik daripada versi Google. Belum lagi pada tahun 2013 Samsung berhasil menguasai lebih dari 60 persen pangsa pasar Android di seluruh dunia.


"Dalam rangka untuk mendistribusikan [smartphone] Android, perusahaan seperti LG, Samsung, dll telah menandatangani kontrak dengan Google (ini sifatnya rahasia), dan membayar biaya lisensi kepada Google untuk tiap unit [perangkat Android] yang dijual. Ini terkenal sebagai "anti-fragmentation agreement [perjanjian anti-fragmentasi]" dimana perusahaan-perusahaan tersebut menandatanganinya (ini didasarkan dari catatan publik dari beberapa kasus di pengadilan)," kata Carsten Haitzler, Master Engineer (Executive) di Samsung Electronics Software Center.

"Aku belum pernah melihat kontrak ini sendiri, aku juga tidak tahu konten yang sebenarnya milik mereka selain Google memiliki hak untuk menolak semua lisensi di masa depan terkait Android, dan kesepakatan perjanjian agar perusahaan tidak melakukan fragmentasi pada ekosistem Android," jelas Carsten Haitzler.

Selama audit oleh Majelis Nasional Korea, seorang anggota parlemen oposisi dari Partai Demokrat, Jeon Hae-cheol, mengatakan bahwa KPPU harus melakukan penyelidikan ulang tentang kemungkinan adanya praktek intimidasi oleh Google. "Karena kontrak tersebut, pangsa pasar mesin pencarian mobile Google telah meningkat, melebihi Daum Kakao," kata Jeon selama audit. "Ini menunjukkan hubungan antara pangsa pasar mobile Google dan persaingan yang tidak sehat."

Komisaris KPPU Chung Jae-chan menjawab bahwa lembaga yang dipimpinnya akan meninjau ulang kasus tersebut. Dia menambahkan bahwa Google telah dinyatakan tidak bersalah dalam keputusan terakhirnya karena para penyidik kesulitan menemukan bukti bahwa kontrak itu mengandung unsur pemaksaan secara sepihak.

Jika lembaga anti-monopoli Korea ini menyimpulkan bahwa Google telah memaksakan kontrak pada produsen smartphone untuk memastikan dominasinya di pasar mobile dan terbukti melakukan upaya untuk membatasi persaingan, KPPU bisa memaksa Google untuk mengubah praktik bisnis mereka atau memungut denda.

Pada bulan Desember, KPPU Korea telah menjatuhkan denda terberat sepanjang sejarah Korea kepada produsen chip mobile Qualcomm, sebesar di atas 1 triliun won karena terbukti melanggar undang-undang anti-monopoli.

Selain di Korea, Google telah diselidiki oleh lembaga anti-monopoli di negara lain. Uni Eropa dalam keputusan awal bulan April tahun kemarin telah menyimpulkan bahwa Google menyalahgunakan dominasi pasar mereka dengan menerapkan suatu perjanjian yang mengikat kepada produsen smartphone. Sementara Rusia telah menjatuhkan denda $6,8 juta pada Google di bulan Agustus karena melanggar undang-undang anti-monopoli dan upaya mereka terbukti telah mempengaruhi perusahaan teknologi lokal Yandex. Sedangkan di negaranya sendiri, Google telah membuat kesepakatan dengan KPPU Amerika Serikat untuk mengubah praktik bisnisnya di tahun 2013.

Menurut seorang pejabat industri di Korea yang meminta untuk dirahasiakan namanya, Samsung mulai mengembangkan versi Android mereka sendiri sekitar 10 tahun yang lalu tapi kemudian menghentikan pengembangan karena menandatangani kontrak dengan Google. Sumber industri ini mengatakan bahwa sulit bagi Samsung untuk menolak permintaan Google mengingat telah adanya dominasi OS Android pada smartphone dan OS buatan mereka sendiri masih belum siap waktu itu.