Samsung Indonesia konfirmasi smartphone Tizen tahun ini


Samsung Indonesia bersiap akan meluncurkan smartphone Tizen pertama di tanah air. Peluncuran perangkat dengan sistem operasi (OS) yang dikembangkan sendiri ini merupakan salah satu cara agar konsumen bisa mendapatkan gadget dengan kinerja yang handal dan harga yang lebih terjangkau karena tidak harus membayar lisensi kepada pihak lain.

"Detilnya belum bisa disampaikan, tapi rencananya tahun ini. Ponsel ini akan jadi andalan kami berikutnya. Meski harga terjangkau, spesifikasi dan kualitasnya handal. Itu terintegrasi dengan produk kami di luar smarthphone," kata Rahadian Dimas Prayudha, Product Marketing (Content & Services) di Samsung Electronic Indonesia kepada Liputan 6 saat berlangsungnya Tizen Bandung Developer Code Night di Eduplex, Bandung, kemarin.

Rahadian juga mengatakan bahwa smartphone Tizen tersebut akan dibanderol pada kisaran harga Rp 1 jutaan.

Menurut Rahadian, salah satu keunggulan dari smartphone Tizen adalah bisa diintegrasikan dengan perangkat Samsung lainnya yang juga menggunakan OS Tizen seperti TV, kulkas, mesin cuci, dan peralatan elektronik rumah tangga lainnya. Untuk OS Android bukannya tidak bisa, namun sifatnya tidak penuh karena softwarenya masih buatan vendor lain sehingga kesatuan dengan hardwarenya tidak terjadi. "Nanti akan full remote. Kita bisa matikan mesin cuci, atur kulkas, matikan lampu dan banyak lagi dengan smartphone Tizen. Sistemnya akan lebih utuh karena berjalan di sistem operasi buatan sendiri," katanya.

Untuk lebih memudahkan smartphone Tizen bisa diterima konsumen di Indonesia, Samsung Indonesia saat ini gencar mengadakan lokakarya dan edukasi buat pengembang lokal agar bisa membuat aplikasi untuk memperkaya ekosistem Tizen di berbagai kota besar di tanah air dalam rangkaian acara Indonesia Next Apps 3.0 yang sudah dimulai dari bulan Juli kemarin.

"Tizen sudah lebih dikenal dan meluas di India, bahkan mendahului induknya di Korea Selatan. Sebab, platform ini lebih ditujukan ke pasar menengah bawah sebagai pasar terbesar ponsel cerdas," kata Agus Kurniawan dari Samsung R&D Institute Indonesia (SRIN) kepada Liputan 6 saat berlangsungnya Samsung Tizen Bandung Developer Code Night di Eduplex, Bandung, Selasa kemarin.

Menurut Agus Kurniawan, saat ini aplikasi buatan pengembang lokal di Tizen Store masih sedikit karena platform Tizen belum familiar di tanah air dibandingkan dengan Android maupun iOS.

"Workshop dan code night ini kami lakukan antara lain di Bandung, Jakarta, Depok, Tangerang, Bogor, Semarang, Surabaya, Malang, dan Bangkalan. Setelah kami kenalkan di workshop, kami targetkan masing-masing akan punya aplikasi untuk di-submit setelah ikut code night," katanya. "Kami rencanakan kiriman aplikasi dari pengembang dalam code night akan dipertandingkan di Jakarta beberapa bulan ke depan. Pemenang akan memperoleh hadiah."

Agus juga mengatakan bahwa kedepannya Samsung akan lebih memperbanyak perangkat Tizen dibandingkan Android karena selain lebih murah, juga lebih menjamin kinerja perangkat buat konsumen. Setiap tahunnya, kata Agus, Samsung harus membayar lisensi ke Google sebagai salah satu OEM (Original Equipment Manufacture) yang menggunakan OS buatan Google. Jadi, setiap pengapalan satu juta perangkat Android Samsung, ada biaya lisensi yang harus dibayar.

Dengan menggunakan Tizen dan toko aplikasi Tizen Store tidak ada lisensi yang harus dibayar, sehingga harga perangkat yang akan dibeli konsumen kelak akan lebih terjangkau dengan kinerja juga tetap terjaga untuk waktu yang lebih lama dengan update software langsung dari Samsung.



Comments