Konsumen mulai bosan dengan smartphone?


Apel membukukan laba kuartalan terbesar $18,4 miliar dalam tiga bulan terakhir tahun lalu atau Q4 2015, namun kemudian mengatakan bahwa prospek akan suram untuk tahun yang berjalan dimana penjualan akan turun untuk pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir karena lingkungan global yang sulit. Produsen iPhone ini mengatakan dalam sebuah laporan laba yang dikeluarkan hari ini bahwa mereka meraup rekor pendapatan tertinggi $75,87 miliar dalam tiga bulan terakhir di tahun 2015, sedikit dibawah prediksi oleh Thomson Reuters sebesar $76,54 miliar. Hasil ini sebagian besar didorong oleh penjualan iPhone 6s dan 6s Plus yang dirilis pada September tahun lalu.

"Rekor penjualan kami dan margin yang kuat mendorong rekor sepanjang masa untuk pendapatan bersih dan EPS (laba per saham) terlepas dari lingkungan ekonomi makro yang sangat sulit," kata CFO Apple Luca Maestri dalam rilis pendapatan perusahaan. CEO Apple Tim Cook menyebutkan bahwa harga komoditas dan pelemahan mata uang menjadi kondisi eksternal yang ekstrim yang mempengaruhi penjualan.

Pada periode Januari-Maret atau kuartal pertama (Q1) tahun ini pendapatan diperkirakan di antara $50 miliar dan $53 miliar, penurunan dari $58 miliar yang didapat tahun lalu dan penurunan pertama dalam hitungan tahunan yang diperkirakan dalam penjualan sejak kuartal kedua tahun fiskal 2003.

Perkiraan pendapatan ini dalam "jangkauan yang lebih luas dari biasanya," kata Maestri, dalam dalam sebuah wawancara jarak jauh, "karena ketidakpastian dari pasar internasional," sambil merujuk ke Brasil dan Rusia. Dia juga menambahkan kalau ekonomi global secara signifikan akan lebih lemah dari tahun lalu dan Maret akan menjadi kuartal paling sulit tahun ini.

Terhambatnya pertumbuhan penjualan iPhone dan penurunan pendapatan mungkin akan menandakan akhir dari sebuah era kejayaan dari perusahaan asal Cupertino yang didirikan oleh almarhum Steve Job ini. Dan berakhirnya era smartphone bisa jadi akan menjadi pukulan telak ke Apple, dimana iPhone berkontribusi 68 persen dari total pendapatan mereka pada kuartal pertama tahun fiskal 2016.

Tim Cook mengatakan bahwa penjualan iPhone diperkirakan akan turun pada kuartal yang sedang berjalan meskipun ia mengatakan sama sekali tidak merasa khawatir tentang pasar iPhone akan mencapai titik jenuh. Nikkei melaporkan awal bulan ini bahwa Apple diperkirakan akan mengurangi produksi model terbaru iPhone sekitar 30 persen pada kuartal pertama tahun ini karena semakin banyaknya persediaan di gudang.

"Walaupun Apple memiliki kuartal yang relatif baik dalam hal kinerja pendapatan secara keseluruhan, namun jelas bahwa melemahnya permintaan untuk iPhone akan berdampak pada perusahaan dalam tahun-tahun mendatang," kata Brian Blau, analis di peneliti pasar Gartner.

Apple, Samsung dan produsen smartphone lainnya harus berhadapan dengan kenyataan bahwa konsumen tidak lagi berlomba untuk membeli smartphone terbaru seperti dulu - sebagian besar karena kelangkaan inovasi baru, fitur yang membuat mereka segera ingin memilikinya berapapun harganya. "Kita sekarang menyaksikan pergeseran ke telepon dasar di pasar smartphone," kata Roberta Cozza, peneliti lain di Gartner dalam laporan yang dirilis 20 Januari kemarin. "Pengguna juga memilih untuk mengganti dalam kategori smartphone dasar tanpa harus pindah ke smartphone high-end, terutama di China."

Gartner memprediksi bahwa pengiriman ponsel ke seluruh dunia akan naik tipis 2,6 persen tahun ini dan pada akhir 2016, 82 persen dari ponsel adalah smartphone, naik 12 persen dari 2015.

Peneliti pasar lainnya dari IDC memprediksi perlambatan dalam pengiriman smartphone pada tahun 2015 sebagian besar disebabkan oleh China, pasar penting bagi Apple dan Samsung, diikuti oleh wilayah Amerika Utara dan Eropa Barat untuk menjadi pasar yang matang. Apel ada di peringkat 3 di pasar smartphone China setelah Huawei, produsen terbesar ketiga di dunia, dan Xiaomi pada tahun 2015. Sedangkan Samsung yang sebelumnya memimpin jatuh ke posisi keempat di China, namun masih menjadi vendor smartphone terbesar di dunia berkat penguatan di wilayah lainnya seperti India dan Asia Tenggara yang masih berpotensi untuk terus tumbuh.

Menurut IDC, pengiriman smartphone diperkirakan tumbuh 10,4 persen pada 2015 dibanding tahun sebelumnya, menurun dari pertumbuhan 27,5 persen pada tahun 2014 dibanding tahun sebelumnya.

Situasi seperti di Apple juga menimpa Samsung Electronics dalam hal penjualan smartphone. Analis memperkirakan Samsung bisa menjual sekitar 80 juta smartphone di seluruh dunia pada kuartal keempat 2015 yang berakhir Desember tahun lalu, turun dari 84 juta pada kuartal sebelumnya. Dan Samsung semakin bergantung pada smartphone seharga $200 atau kurang. Sampai dengan kuartal ketiga tahun lalu, smartphone kelas menengah kebawah tersebut menyumbang sebanyak 38 persen dari seluruh penjualan smartphone dalam hal volume di Samsung, yang berarti bisnis smartphone tumbuh kurang menguntungkan.

Bahkan untuk startup baru seperti Xiaomi yang sempat meroket sebelumnya juga tidak bisa mencapai target yang dicanangkannya sendiri. Xiaomi mengatakan pada 15 Januari kemarin bahwa smartphone mereka terjual tidak lebih dari 70 juta unit tahun lalu, dengan memberikan alasan kejenuhan pasar China sebagai alasan mereka tidak bisa mencapai target low-end untuk tahun ini. Perusahaan yang berbasis di Beijing ini sebelumnya memperkirakan bisa menjual 80 juta - 100 juta unit smartphone di 2015.

Sebagai gantinya, Xiaomi kini juga mulai menjual produk lain diluar smartphone seperti TV, perangkat wearable dan peralatan rumah tangga. Xiaomi bahkan menyebut smart home sebagai target masa depan mereka.


Comments