Persaingan sengit aplikasi messaging di Indonesia


Perintis aplikasi mobile messaging asal Korea Selatan telah membawa emoticon oversize mereka ke Indonesia, bertekad untuk memecahkan dominasi layanan messaging BBM dari BlackBerry di salah satu pasar media sosial teraktif di dunia. Kakao telah mempekerjakan bintang pop lokal dan Line milik Naver telah bermitra dengan Samsung Electronics di Indonesia.

BBM telah lama menjadi aplikasi messaging yang paling populer di Indonesia, dengan Facebook yang menargetkan untuk membeli WhatsApp seharga $19 miliar. Namun KakaoTalk dan Line telah terhubung dengan pengguna lebih muda dengan juga menawarkan panggilan suara, game, belanja, merchandise dan stiker, atau penyampaian pesan berbentuk kartun.

Lebih dari setengah dari 240 juta penduduk Indonesia berusia dibawah 30-tahun, dimana hanya 20 persen yang telah menggunakan smartphone, membuat negara ini menjadi pasar pertumbuhan utama bagi para pembuat aplikasi. Perkiraan menempatkan penggunaan smartphone sebesar 50 persen sebelum akhir dekade ini, dimana pendapatan aplikasi messaging global bisa lebih dari $24 miliar.

"Indonesia mungkin merupakan pasar mobile messenger yang paling kompetitif sekarang...Dan itu adalah pasar utama yang ingin kami menangkan," kata Kate Sohn, wakil presiden divisi global business development di Kakao.

KakaoTalk telah memperoleh 16 juta pengguna hanya dalam waktu satu tahun di Indonesia setelah Kakao menandatangani kesepakatan iklan dengan Big Bang - boy band KPop yang populer di Indonesia - dan mulai menawarkan KakaoTalk unlimited data melalui operator Telkomsel.

KakaoTalk, yang berencana untuk masuk bursa saham di Korea sekitar bulan Mei tahun depan, adalah peringkat ke-37 untuk aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di Indonesia di Apple App Store pada tanggal 7 Maret dan peringkat ke-14 di Google Play Store, menurut peneliti App Annie.

BBM menempati peringkat pertama pada kedua toko aplikasi itu sejak tersedia mulai bulan Oktober. Kompatibilitas yang diperluas buat pengguna BBM sejak dibebaskan dari handset BlackBerry, dan meninggalkan BlackBerry dengan hanya 5 persen dari pasar smartphone Indonesia pada bulan Oktober-Desember turun drastis dari 34 persen pada tahun sebelumnya.

"Kejatuhan dominasi BlackBerry... telah membuat Indonesia menjadi lebih dinamis dan menciptakan peluang besar bagi pendatang baru," kata Kate Sohn dari Kakao. "Indonesia memiliki campuran yang tepat dari skala besar, pertumbuhan jumlah pengguna smartphone dan pasar yang benar-benar berubah."

Koneksi Samsung

Line masuk ke Indonesia pada awal tahun 2012 dan memiliki 20 juta pengguna sebagian berkat telah menjadi aplikasi pra-instal pada beberapa smartphone yang menjalankan sistem operasi Microsoft Windows Phone dan Google Android, termasuk model dari Samsung.

Samsung menjual sekitar satu dari setiap tiga smartphone yang terjual di Indonesia, dan dari bulan ini seluruh rentang Galaxy akan memiliki pra-instal Line.

"Kami telah melakukan banyak kerja sama dengan Samsung dan mendapatkan manfaat dari kekuatan merek dan volume pengiriman mereka yang terus tumbuh," kata Simeon Cho, manajer umum di Line Plus, yang menangani bisnis Line di luar pasar terbesar perusahaan di Jepang.

Line kemungkinan juga akan menjadi aplikasi pra-instal pada smartphone Android pertama Nokia yang menyasar segmen low-end yang populer di pasar negara berkembang seperti Indonesia, dimana peneliti IDC mengharapkan akan bisa memimpin pertumbuhan smartphone global.

Adapun untuk pertumbuhan pendapatan global, Macquarie Group mengatakan dalam laporan yang dirilis pada 5 Maret berasal dari iklan, game dan stiker yang bisa mendorong pendapatan aplikasi messaging menjadi $24 milyar dalam waktu tiga tahun, bukan lagi $10 milyar seperti perkiraan keuangan yang dirilis pada bulan September.

Membuatnya tetap bertahan

Perkembangan aplikasi messaging telah melahirkan fitur seperti stiker dan in-app purchase setelah pembuatnya berusaha untuk menjadi berbeda. Hal ini juga mengakibatkan pengguna mengunduh beberapa aplikasi untuk mengakomodasi preferensi dari orang-orang yang mereka kenal.

"Pelanggan menghubungi saya melalui BBM, WhatsApp dan email," kata Saskia Tamat, 37 tahun, yang menjalankan bisnis katering di Jakarta. "Banyak teman-teman saya juga menggunakan Line, dan kami saling mengirim stiker lain bukan hanya SMS. Saya download KakaoTalk, karena saya menonton banyak drama dan film Korea dan melihat mereka menggunakan stiker lucu."

Perjalanan KakaoTalk yang terus menanjak juga memunculkan persaingan dengan WeChat dari Tencent Holdings Ltd. Tencent mendirikan perusahaan patungan tahun lalu dengan grup media terbesar di Indonesia, PT Global Mediacom Tbk, dan produk mereka sering diiklankan di televisi.

"Sangat menarik untuk melihat pertempuran aplikasi messaging di Indonesia karena itu adalah sebuah lapangan terbuka," kata Enda Nasution, analis media sosial dan pendiri platform media sosial Sebangsa Bersama.

Kepemimpinan BBM masih jauh dari kata untuk menyerah. Pasar Indonesia tampaknya masih sangat penting untuk BlackBerry sehingga mereka memilih kode nama smartphone low-end mereka Z3 dengan sebutan "Jakarta" yang berencana untuk meluncurkannya untuk pertama kali di Indonesia pada bulan April.

"Indonesia masih memiliki ikatan emosional yang kuat untuk BBM. Meskipun tingkat pertumbuhan tampaknya melambat, banyak yang berpikir itu tidak akan benar-benar pergi dalam waktu dekat," kata Simeon Cho dari Line Plus.


Via Reuter