Internet of Things akan mengalahkan smartphone pada tahun 2015


Dengan perluasan pasar Internet of Things (IoT), sektor ini diperkirakan akan mengambil alih PC dan smartphone untuk menjadi platform internet terbesar tahun depan. Akibatnya, perusahaan-perusahaan besar mulai mempercepat pengembangan bisnis yang terkait dengan IoT.

Menurut perusahaan riset pasar BI Intelligence pada tanggal 4 Februari yang kemarin, pasar IoT diproyeksikan akan mengalahkan PC pada tahun 2014 dan smartphone tahun depan, dan akhirnya tumbuh sebagai sektor terbesar di antara perangkat yang tersambung ke internet setelah tahun 2015.

Perusahaan riset pasar Gartner juga memprediksi bahwa jumlah perangkat IoT akan mencapai 26 miliar unit pada tahun 2020, dengan peningkatan hampir tiga puluh kali lipat dari perkiraan pada tahun 2009 sebesar 900 juta unit.

Pertumbuhan IoT semakin banyak menarik perhatian dalam industri, karena dapat berfungsi sebagai kesempatan untuk menciptakan model keuntungan baru berdasarkan produk dan jasa yang ada, atau untuk secara mendasar meningkatkan efisiensi kerja. Selain itu, banyak perusahaan mengantisipasi bahwa IoT akan memainkan peran sebagai platform layanan yang melebihi PC dan smartphone.

Tahun lalu, perusahaan riset pasar Economist Intelligence Unit melaporkan bahwa lebih dari 3/4 dari perusahaan multinasional global yang sadar akan pentingnya IoT, menjalankan personil atau unit bisnis yang berhubungan dengan lapangan, dan menerapkan sektor ini untuk usaha baru mereka.

Pesatnya pertumbuhan IoT baru-baru ini disebabkan penurunan tajam dalam biaya yang dibutuhkan untuk infrastruktur dan perangkat terkait, seperti misalnya biaya tag RFID yang digunakan untuk verifikasi aset dan manajemen persediaan turun sekitar 40 persen untuk hitungan per-tahun. Biaya sensor untuk percepatan dan pengenalan situasi juga menurun sekitar 80 persen selama lima tahun terakhir. Secara khusus, para ahli IT mengatakan bahwa sejak komponen yang terkait telah diproduksi secara massal melalui kepopuleran smartphone, adalah mungkin untuk memasok komponen yang menyediakan berbagai fungsi dengan ukuran yang lebih kecil dengan harga yang tak terbayangkan sebelumnya.

Beberapa perusahaan teknologi dan IT telah berlomba untuk mendominasi pasar IoT global. Google misalnya, telah membeli perusahaan rekayasa robotika Boston Dynamics pada Desember 2013, dan juga mengakuisisi perusahaan pembuat solusi Smart Hone Nest senilai US$ 3,2 miliar pada Januari tahun ini. Industri analis memperkirakan bahwa dengan pengambilalihan dua perusahaan, Google akan datang dengan solusi IoT yang menggabungkan peralatan rumah tangga dan robot, yang didasarkan pada teknologi yang baru diperoleh.

Google tidak sendirian dalam usaha ini. Perusahaan multinasional lain secara cepat juga telah menanggapi sektor IoT yang menjanjikan ini. VMware membeli AirWatch, penyedia software mobile device management (MDM) dan sistem manajemen yang mandiri, sebesar US$ 1,5 miliar pada Januari kemarin. Tahun lalu ARM, pemimpin dalam penyedia lisensi mikroprosesor untuk perangkat mobile, juga membeli Sensinode Oy, penyedia teknologi software untuk IoT.

Sementara perusahaan elektronik konsumen seperti Samsung Electronics, LG Electronics dan Panasonic juga telah menggelar solusi IoT mereka di pameran produk elektronik konsumen terbesar International Consumer Electronics Show (CES) 2014 di Las Vegas pada awal Januari kemarin.

Samsung Electronics ingin memberikan cara buat semua perangkat elektronik agar bisa saling berbicara antar satu sama lain, untuk itulah mereka meluncurkan layanan Samsung Smart Home di CES 2014. "Saat ini, orang membeli barang-barang mereka satu per satu, tapi di masa depan, orang ingin memiliki ekosistem," kata Yoon Boo-keun atau BK Yoon, co-CEO Samsung dalam sebuah wawancara menjelang CES 2014.

Samsung yang sebelumnya gagal dengan layanan eksklusif seperti sistem operasi bada miliknya, telah mengambil pelajaran melalui TIZEN yang lebih terbuka untuk menjadi platform unifikasi buat semua perangkat digital di masa depan. Platform Samsung Smart Home akan mengakomodasi Android, TIZEN dan sistem operasi lainnya. Ini akan menghubungkan perangkat ke server pusat, dan memungkinkan penyedia layanan medis dan keamanan dari pihak ketiga untuk mengembangkan fungsi di atasnya. "Samsung Smart Home berbeda dari layanan Smart Home yang ada, dalam hal ini memiliki ekosistem pintu terbuka di mana perangkat dari perusahaan elektronik lainnya bisa melakukan sinkronisasi kesana," kata seorang pejabat dari Samsung Electronics.

LG yang baru saja meluncurkan webOS untuk jajaran produk Smart TV terbaru mereka saat berlangsungnya CES 2014, berharap juga bisa menempatkan OS baru ini buat smartphone dan tablet. "Kami juga ingin membawa webOS pada produk lainnya," kata Samuel Chang dari LG yang bertanggung jawab pada pengembangan webOS dan Smart TV. "Semua perangkat yang terhubung ke Internet adalah salah satu pilihan yang mungkin [untuk penerapannya]."

Dan salah satu perusahaan elektronik konsumen besar lainnya, Panasonic, juga mengumumkan akan merilis Smart TV generasi berikutnya yang didukung oleh Firefox OS saat di CES 2014, dan Mozilla dan Panasonic akan bekerja sama untuk mempromosikan Firefox OS dan ekosistem terbuka berbasis HTML5. Dengan kompatibilitas penuh pada teknologi Web dan standar HTML5, TV masa depan dari Panasonic akan bisa digunakan untuk layanan cloud dan berbagai perangkat jaringan masa depan serta untuk pemantauan dan operasional perangkat di dalam dan di luar rumah, seperti peralatan Smart Home.

Sebuah sumber industri mengatakan, "Potensi IoT terletak pada kenyataan bahwa hal itu dapat digunakan dalam bidang baru. Dan itu dapat dihubungkan dengan smartphone yang ada, PC, dan Smart Home juga." Sumber itu menambahkan, "Perusahaan IT Global giat berinvestasi dalam bisnis yang terkait untuk mendapatkan pengaruh yang luas sebagai platform seperti Microsoft Windows di era PC dan Google Android di era smartphone."

Comments